PDM Kabupaten Pesawaran - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Pesawaran
.: Home > Naskah Pengajian

Homepage

Naskah Pengajian

 

MATERI tausiyah  SINGKAT: TIPS KETIKA JATUH CINTA

الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Yang namanya jatuh cinta itu pasti dialami oleh setiap manusia. Karena manusia itu diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang namanya cinta. Cinta kepada wanita, cinta kepada harta, cinta kepada jabatan, cinta kepada sesuatu, itu pasti. Allah Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ

Dihiarkan kepada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali-Imran[3]: 14)

Nah, saat kita dilanda jatuh cinta kepada sesuatu, apa yang harus kita lakukan?

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, saudaraku.. Supaya cinta itu tidak menjadi petaka dalam hidup kita. Karena cinta bisa menjadi malapetaka untuk hidup kita.

1. TANYAKAN APA MANFAATNYA?

Yang pertama tanyakan, “saya mencintai sesuatu tersebut apa manfaatnya buat saya?” Karena percuma apabila kita mencintai sesuatu yang ternyata tidak memberikan manfaat untuk hidup kita, tidak pula akhirat kita, tidak pula agama kita. Karena seorang mukmin itu berusaha untuk meninggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya. Bahkan dalam masalah cinta.

Mencintai sesuatu yang tidak ada manfaatnya pun adalah perkara yang hendaknya kita berusaha untuk tinggalkan. Makanya Allah berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾

Sungguh beruntung orang yang beriman, (siapa dia?) Yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya. (siapa lagi?) Orang yang berpaling dari pada perkara yang sia-sia.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 2)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang dia tinggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

2. TAUTKAN DENGAN RIDHA ALLAH

Kita harus berusaha untuk mengikat cinta kita dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena percuma, cinta yang tidak diikat dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah merupakan cinta yang tidak ada manfaatnya. Al Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah dalam kitab beliau yang bagus sekali, beliau mengatakan bahwa (عشرة أشياء ضائعة لا ينتفع بها) ada 10 perkara yang tidak ada manfaatnya. Apa 10 perkara tersebut? Diantaranya:

ومحبة لا تتقيد برضاء المحبوب وامتثال أوامره

“Cinta yang tidak diikat dengan keridha’an Allah, pelaksanaan atas perintah-perintahNya dan keta’atan kepada Nya.”

Maka itu cinta yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

3. GUNAKAN AKAL PIKIRAN

Saat kita jatuh cinta -terutama kepada wanita (lawan jenis )- jangan sampai cinta mengalahkan akal pikiran kita. Ingat, manusia diberikan kelebihan oleh Allah dengan akal pikirannya. Akal pikiran bisa menjadi lumpuh total saat ia dikuasai oleh syahwat. Ketika syahwat menguasai, seringkali akal pikiran itu lumpuh total.

Lihat saja, pemuda-pemudi yang sedang jatuh cinta. Mereka menganggap bahwa pasangannyalah yang terbaik menurut dia. Terkadang seribu nasihat yang diberikan oleh orang-orang yang sudah berpengalaman pun tidak akan didengar lagi. Kenapa? Karena akal pikirannya sudah tumpul akibat dari pada cinta tersebut yang ternyata cinta tersebut tidak diikat dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka jangan sampai cinta itu menghilangkan akal kita. Tetap kita berpikir secara jernih. Apakah cinta ini sesuatu yang diridhai oleh Allah atau tidak.

Maka saudaraku sekalian,

Saat kita jatuh cinta, coba kita berpikir, “apa manfaatnya daripada cinta saya tersebut?”

4. KEHILANGAN KESEMPATAN BERDZIKIR

Kita senantiasa merenung, “Saat saya jatuh cinta, saya sering ingat dia, ingat, ingat, ingat. MasyaAllah..” Bayangkan ketika kita mengingat dia, mengingat dia, mengingat dia, berapa banyak kesempatan yang hilang untuk berdzikir kepada Allah? Bahkan ada sepasang sejoli yang sudah sangat jatuh cinta sampai-sampai dalam setiap keadaan selalu ingat pasangannya.

Bayangkan.. Akhirnya apa?

Mengingat wanita ataupun lelaki yang bukan mahramnya saja itu sudah dosa. Padahal belum tentu jodoh di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, belum tentu baik.

Maka subhanallah..

Coba kita merenung berapa banyak kalau begitu kesempatan-kesempatan untuk berdzikir kepada Allah telah hilang. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.

5. TERJERUMUS KEDALAM KESYIRIKAN

Yang lebih mengerikan lagi, dan ini adalah poin yang harus diperhatikan sekali. Jangan sampai cinta itu berubah menjadi kesyirikan. Jangan sampai cinta itu menjerumuskan kita ke dalam api neraka.

Bagaimana bisa?

Bisa! Bukankah syirik yang pertama kali muncul di dunia adalah syirik cinta?

Dizaman Nabi Nuh, mereka sangat mencintai para wali yang kemudian akhirnya para wali ketika telah meninggal dunia dibikinlah monumen-monumen dan gambar-gambar dalam rangka untuk lebih memotivasi ibadah. Tapi kemudian lama-kelamaan berubah menjadi penyembahan.

Makanya kata para ulama, cinta bisa berubah menjadi ibadah ketika disertai dengan pengagungan kepada yang dicintai, ketundukan dan tadharru’ kepada yang dicintai disertai dengan penghinaan kepadanya. Kalau sudah sampai derajat tersebut, kita sudah mengambil tandingan selain Allah. Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّـهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ

Dan diantara manusia ada yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai tandingan tersebut seperti mencintai Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]:165)

Subhanallah.. Ini cinta yang terlarang, bahkan terlaknat. Bisa menyebabkan pelakunya apabila ia wafat, kekal dalam api neraka. Karena ia telah mempersekutukan Allah Jalla wa Ala.

Musibah! Ketika cinta menyebabkan kita lebih mendahulukan yang kita cintai daripada perintah Allah dan RasulNya, musibah! Ketika kita lebih mencintai -misalnya- permainan. Terdengar adzan kita tak pedulikan sama sekali. Kita lebih mencintai seseorang yang orang itu ketika meminta bertemu dengan kita -padahal dia bukan mahram kita- kita tidak pedulikan lagi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita lebih mendahulukan syahwat kita, hawa nafsu kita. Sehingga akhirnya saudaraku, cinta itu hakikatnya malapetaka untuk hidupmu.

Nah, inilah beberapa tips bagi anda yang sedang jatuh cinta. Perhatikan! Jangan sampai cinta anda menjadi malapetaka dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Na’udzubillah..

 

MATERI KULTUM SINGKAT: TIPS MENGHADAPI FUTUR

الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Ketika kita futur, apa yang harus kita lakukan? Karena yang namanya manusia, tidak akan selamanya semangat terus. Pasti ada masa-masa futur. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun juga sudah memberitahukan itu. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً , وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ

“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa semangat ada masa futurnya (turunnya)”

Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita sebuah tips bagaimana kita saat futur. Kata Rasulullah:

فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدِ اهْتَدَى

“Siapa yang masa futurnya kepada sunnah lagi, ia sungguh dapat hidayah.”

وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Dan siapa yang masa futurnya bukan kepada sunnah, sungguh ia telah binasa.”

Nah, ketika kita futur. Misalnya kita lagi semangat baca Quran, baca Quran, baca Quran, dan ternyata qadarullah saat semangat, semangat, semangat, semangat, semangat naik terus, ada masa-masa futurnya. Maka disaat itu yang kita lakukan coba kita berpindah kepada sunnah lagi. Kita futur dari membaca Al-Qur’an, coba kita pindah baca kitab-kitab yang bermanfaat.

Lalu yang binasa itu siapa?

Ketika ada orang yang futur dari baca Qur’an pindah baca koran. Nah, seperti ini binasa.

Maka ketika kita menghadapi futur seperti itu dalam suatu amalan, coba kita pindah kepada amalan lain yang kita semangat padanya. Hal ini supaya kita berpindah dari sunnah menuju sunnah lagi. Maka ini futur yang bersifat parsial (pada amalan tertentu).

Ada futur yang sifatnya menyeluruh, dan ini bahaya. Biasanya futur seperti ini akibat maksiat dan dosa. Karena kata Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah:

المعاصي تضعف القلوب

“Maksiat itu membuat hati lemah.”

Maka ketika kita banyak maksiat, kita pernah melakukan maksiat, akibatnya hati kita lemah. Di saat hati kita lemah akhirnya beratlah kita untuk mengamalkan kebaikan.

Disaat itu apa yang harus kita lakukan?

Segera kita istighfar kepada Allah, banyak kita bertaubat kepada Allah, minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita berusaha untuk mujahadah (berjihad kembali untuk membiasakan amalan shalih) yang sudah mulai futur tersebut. Tidak boleh kita biarkan. Kalau kita misalnya sudah mulai futur lalu kita biarkan, biarkan, biarkan, sampai akhirnya semangat kita untuk beribadah hilang sama sekali. Ini sangat berbahaya tentunya.

Maka harus kita berjihad melawan hawa nafsu kita. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami, Kami akan berikan ia hidayah kepada jalan-jalan Kami yang lain.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)

Artinya kalau kita berjihad melawan hawa nafsu kita, untuk melawan kefuturan kita, untuk terus kita beramal shalih, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kebaikan yang lainnya sehingga kita mampu untuk melakukan amalan-amalan kebaikan yang lainnya.

 

MATERI KULTUM SINGKAT: TIPS MENGATASI KEGALAUAN

الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Kita pernah merasakan kegalauan, kegelisahan, kegundahan, yang tentunya membuat hati kita tidak enak. Ketahuilah saudaraku, bahwa gundah-gulana atau kegalauan itu ada dua keadaan. Keadaan yang pertama karena ada sebab. Biasanya karena terlalu menginginkan sesuatu. Terlebih ketika hati kita sangat menginginkan dunia. Entah itu berupa harta ataupun berupa kedudukan ataupun berupa perkara-perkara lain dari urusan dunia.

Ketika hati kita sangat menginginkannya, bahkan kita khawatir tidak mendapatkannya, hati kita sering gundah-gulanah dan galau. Apalagi di saat kita tidak berhasil mendapatkannya, kita menjadi sedih sekali. Memang demikian orang yang terlalu menginginkan dunia biasanya dia akan cepat galau, dia akan cepat gundah-gulana. Maka dari itu jangan sampai keinginan kita yang terbesar adalah kehidupan dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ

“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia, Allah akan cerai beraikan urusannya”

Artinya hatinya menjadi lemah, cepat galau, cepat gelisah.

وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ

“dan Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”

Ia tidak pernah merasa qanaah, tidak pernah merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya.

وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ

“dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Maka ini adalah merupakan akibat dari pada terlalu kita mengharapkan dan menginginkan dunia. Akhirnya sering kali hati kita ditimpa kegalauan.

Ada lagi galau yang datang tiba-tiba tanpa sebab. Tiba-tiba hati kita galau, tiba-tiba hati kita sedih. Kenapa itu bisa terjadi?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam kitab majmu fatawa menyebutkan bahwa galau atau kegundahan seperti itu biasanya akibat dari pada dosa atau kita pernah menginginkan berbuat dosa dan memikirkan dosa. Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita sanksi dengan cara dijadikan hati kita galau, gundah-gulana, tanpa sebab. Aneh, tiba-tiba hati kita tidak tenang, tidak tentram, gundah-gulana dan yang lainnya.

Yang seperti ini apa obatnya?

Tentu kita obati dengan banyak istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disaat hati kita tidak tentram, hati kita tidak tenang tanpa sebab, maka itu biasanya akibat dari pada dosa yang kita pernah lakukan atau dosa yang pernah kita pikirkan.

Maka banyak kita istigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, banyak kita memohon dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan cara itu insyaAllah akan hilanglah kegalauan tersebut.

Apa yang kita lakukan ketika galau?

1. BANYAK BERDZIKIR KEPADA ALLAH

Karena tidak ada sesuatu yang bermanfaat untuk hati yang galau dari berdzikir kepada Allah. Karena dengan berdzikir itulah hati menjadi tenang dan tentram. Allah Ta’ala berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang dan tentram.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)

2. MEMPERBANYAK BACA QUR’AN

Karena Al-Qur’an adalah obat apa yang ada di dalam hati. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 57:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾

Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Rabbmu dan penyembuh apa yang ada di dadamu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]: 57)

Berarti Al-Qur’an adalah penyembuh. Sedangkan galau, gundah-gulana, itu merupakan penyakit hati. Maka Al-Qur’an disebut oleh Allah sebagai penyembuh apa yang ada di hati. Maka disaat itu kita banyak membaca Al-Qur’an, mentadabburi Al-Qur’an, insyaAllah dengan cara seperti itu hilanglah kegalauan kita.

3. BANYAK-BANYAK KITA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Kita harus ingat, sesuatu yang kita harapkan, yang kita inginkan, tidak mungkin bisa kita raih kecuali dengan izin dari Allah. Apabila kita bertawakal hanya kepada Allah dan kita serahkan semuanya kepada Allah, dan kita berusaha untuk ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, insyaAllah hati kita tidak akan gundah-gulana, hati kita tidak akan galau.

Kenapa?

Karena hati kita sudah menyerahkan semuanya kepada Allah yang terbaik. Apa yang terbaik di sisi Allah, itulah yang kita terima dan kita berusaha untuk ridha menerimanya.

4. JANGAN MENGADU KEPADA MANUSIA

Disaat kita gundah-gulana, disaat kita galau, jangan sekali-kali kita mengeluh dan mengadu kepada manusia. Karena mengadu kepada manusia tidak ada manfaatnya sama sekali. Adukanlah kepada Allah. Sebagaimana Nabi Ya’qub ketika sedih karena kehilangan anaknya yang bernama Nabi Yusuf ‘Alaihish Shalatu was Salam, maka ia berkata:

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّـهِ

Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesedihanku, kesusahanku, hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Yusuf[12]: 86)

Saudaraku sekalian,

Maka dari itu disaat kita ditimpa kegalauan, gundah-gulana, segera kita obati dengan hal-hal seperti itu. Dan kita berusaha untuk menjadikan hati kita hati yang tenang dan tentram dengan obat Al-Qur’an, obat dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website